Jumat, 01 Januari 2010

BOOK REPORT

BAB I

PENDAHULUAN

A.Gambaran Umum Isi Buku dan Bab :

Judul Buku : Powerful Teacher Education.

Jumlah Bab : 11 Bab.

Jumlah Halaman : L419 halaman.

Pengarang : inda Darling Hammond.

Penerbit : Jossey-Bass, A Wiley Imprint

Tahun Terbit : 2006.

B.Tujuan Penulisan Laporan Buku

Setelah memahami dan mengkaji isi buku ini, ada beberapa harapan yang menjadi tujuan menulis laporan buku ini yaitu:

1.Lebih memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kemampaun yang harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat mengembngkan potensisi siswa secara optimal.

2.Memiliki kemampuan professional dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif.

3. Menambah wawasan tentang masalah-masalah dalam pendidikan khususnya yangterkait erat dengan pembelajaran siswa..

C. Sistematika penulisan

Dalam penulisan buku ini, penulis menyampaikannya dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, terdiri dari ; a). gambaran umum isis buku, b). Tujuan penulisan, c). Sistematika penulisan.

BAB II URAIAN ISIBUKU, menguraikan tentang isi materi yang menjadi topik kajian laporan buku ini.

BAB IV KESIMPULAN

BAB II

PEMBAHASAN

TENTANG

( PENDIDIKAN GURU YANG KUAT )

Di dunia dimana pendidikan sangat berharga, para pembuat kebijakan dan orangtua bertanya-tanya bagaimana cara menemukan guru-guru yang luar biasa dan dapat membantu seluruh anak memperoleh berbagai keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan. Guru harus mampu menyukseskan berbagai murid, padahal dahulu kesuksesan sekolah tidak penting bagi pekerjaan dan partisipasi didalam masyarakat. Pada awal 1900-an, ketika sistem sekolah Amerika dirancang, hanya 5% dari seluruh pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus; di masa kini sekitar 70% dari seluruh pekerjaan merupakan “pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan” (knowledge work), pekerjaan-pekerjaan yang menuntut kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan informasi khusus, mengelola tugas-tugas non-rutin, dan menggunakan teknologi maju.

Jika seluruh murid mengejar sebuah jalan pemahaman yang sama, pembelajaran dapat dipastikan dengan merancang naskah kurikulum yang sempurna. Guru dapat disiapkan untuk menerapkan serangkaian pelajaran dengan menggunakan beberapa teknik pengajaran yang terbatas. Ini adalah harapan para manajer ilmiah sekolah dan para pencipta “kurikulum anti-guru” sejak akhir abad ke-19. Namun, dengan adanya keragaman manusia dan kompleksitas kognisi, pembelajaran tidak dapat dicapai melalui serangkaian aktifitas tunggal yang mengasumsikan beberapa pengalaman dan pendekatan pembelajaran yang distandarkan. Pengajaran yang ditujukan pada pembelajaran yang dalam – tidak hanya cakupan materi – menuntut penilaian yang rumit terhadap bagaimana murid belajar dan apa yang dipelajari murid, apa saja kesenjangan pemahaman yang harus diatasi, apa saja pengalaman yang akan membuat mereka menghubungkan apa yang mereka ketahui dengan apa yang perlu mereka ketahui, dan apa saja adaptasi instruksional yang dapat memastikan bahwa mereka mencapai tujuan-tujuan umum.

Citra murid sebagai sebuah bejana kosong yang dapat diisi dengan berbagai fakta dan keahlian, lalu dibuat menjadi seorang individu yang terpelajar membimbing banyak teori pelajaran selama paruh pertama abad ke-20. Dalam citra ini, guru hanya perlu mengetahui apa saja fakta dan keahlian yang harus dituangkan. Namun, beberapa dekade penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tidak terjadi dengan cara ini. Rangkuman catatan Bagaimana Orang-orang Belajar di National Academy of Sciences (Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan Nasional) mengemukakan tiga prinsip pembelajaran yang penting untuk pengajaran:

1. Murid-murid datang ke kelas dengan pengetahuan terdahulu yang harus diperhatikan agar pengajaran menjadi efektif. Jika apa yang mereka ketahui dan percayai tidak dilibatkan, murid-murid dapat gagal memahami konsep-konsep dan informasi baru yang diajarkan, atau mereka dapat mempelajarinya hanya demi lulus ujian tapi tidak dapat menerapkannya di area lain. Hal ini berarti bahwa guru harus memahami apa yang dipikirkan murid-murid dan bagaimana berhubungan dengan pengetahuan terdahulu mereka untuk memastikan pembelajaran yang nyata. Dikarenakan murid-murid dari berbagai konteks kebudayaan dan latar belakang bahasa datang ke sekolah dengan pengalaman-pengalaman tersendiri, mereka mewakili berbagai prakonsepsi dan landasan pengetahuan yang harus dipertimbangkan guru saat merancang instruksi.

2. Murid-murid perlu mengorganisir dan menggunakan pengetahuan secara konseptual agar mereka dapat menerapkannya diluar kelas. Menghapal pengetahuan saja tidak cukup. Untuk mengembangkan kompetensi, mereka harus memahami bagaimana berbagai fakta dan ide disesuaikan dengan rangka kerja konseptual, dan mereka harus menerapkan apa yang mereka pelajari. Hal ini berarti bahwa guru harus menyetrukturkan materi di sekitar ide-ide inti dan melibatkan murid-murid secara aktif saat menggunakan materi, menjalankan berbagai aplikasi, dan memecahkan masalah sambil terus-menerus menilai pemahaman murid-murid. Guru yang sukses menawarkan “tangga-tangga” yang dirancang secara cermat untuk membantu murid-murid menjalani setiap langkah didalam proses pembelajaran dengan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan setiap murid.

3. Murid-murid belajar secara lebih efektif jika mereka memahami bagaimana mereka belajar dan bagaimana cara mengelola pembelajaran mereka sendiri. Pendekatan instruksi metakognitif dapat membantu murid-murid belajar mengendalikan pembelajaran mereka sendiri. Melalui peragaan dan pelatihan, murid-murid dapat melihat bagaimana cara menggunakan berbagai strategi pembelajaran, misalnya memprediksi hasil, membuat penjelasan untuk meningkatkan pemahaman, menemukan area-area yang membingungkan, mengaktivasi pengetahuan latar belakang, merencanakan sejak dini, serta mengalokasikan waktu dan ingatan.

Teori pembelajaran modern menyiratkan bahwa guru harus menjadi ahli diagnosis, pengorganisir pengetahuan, dan pelatih yang terampil untuk membantu murid menguasai informasi dan keahlian-keahlian yang rumit. Oleh karenanya, keinginan untuk sukses mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih berat dengan populasi murid yang lebih bervariasi mengubah sifat pengajaran dan tantangan-tantangan persiapan guru secara radikal.

Agar guru dapat membantu murid-murid yang memulai dan maju secara berbeda-beda mencapai hasil-hasil yang serupa, guru akan perlu melibatkan percobaan yang disiplin, penafsiran yang tajam atas berbagai peristiwa, dan refleksi yang kuat untuk menyesuaikan pengajaran mereka berdasarkan hasil-hasil para murid. Hal ini berarti bahwa guru harus menjadi “ahli yang adaptif” (Hatano dan Inagaki, 1986; Bransford, Brown, dan Cocking, 1999) yang tidak hanya menggunakan rutinitas yang memungkinkan efisiensi yang besar, tapi juga kemampuan untuk berinovasi dimana rutinitas tidak memadai – untuk menentukan apa saja masalahnya ketika murid-murid tidak belajar serta mengadaptasikan berbagai materi, strategi pengajaran, atau dukungan secara tepat. Ahli yang adaptif juga mengetahui bagaimana cara mengembangkan keahlian serta menyetrukturkan ulang pengetahuan dan kompetensi untuk memenuhi tantangan-tantangan baru secara terus-menerus. Menyiapkan guru-guru yang dapat belajar dari pengajaran, maupun pembelajaran untuk pengajaran, merupakan tantangan utama untuk pendidikan guru di masa kini.

Guru mempengaruhi pembelajaran murid. Sejak dahulu kala para orangtua dan peneliti mengetahui bahwa guru seorang anak dapat membuat perbedaan yang lebih besar dalam hal kesuksesan pendidikan anak tersebut daripada mayoritas variabel sekolah lainnya. Berbagai penelitian yang menggunakan data pencapaian murid dengan nilai tambah menemukan bahwa pencapaian murid lebih banyak dipengaruhi guru daripada faktor-faktor seperti ukuran dan komposisi kelas (Sanders dan Horn, 1994; Sanders dan Rivers, 1996; Wright, Horn, dan Sanders, 1997). Sebuah analisis terkini oleh Rivkin, Hanushek, dan Kain (2000) mengatributkan setidaknya 7% dari total varian dalam hasil nilai ujian pada perbedaan-perbedaan diantara guru-guru. Para murid yang diberikan guru-guru yang sangat efektif memiliki pencapaian-pencapaian yang lebih besar daripada murid-murid yang diberikan guru-guru yang tidak efektif; pengaruh seorang guru yang baik atau buruk mempengaruhi pembelajaran seorang murid tidak hanya dalam tahun tersebut, tapi juga tahun-tahun berikutnya (Sanders dan Rivers, 1996).

Para guru bekerja dengan kelompok-kelompok yang terdiri dari 25 hingga 40 murid secara sekaligus, setiap murid memiliki berbagai kebutuhan dan kecenderungan yang unik. Guru harus menyeimbangkan variabel-variabel ini, bersama dengan beberapa tujuan yang terkadang saling bertentangan, dan menegosiasikan permintaan-permintaan materi muatan bersama dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi dan kelompok. Guru harus menyimpulkan banyak jenis pengetahuan – pengetahuan tentang pembelajaran dan perkembangan, konteks-konteks sosial dan kebudayaan, bahasa dan ekspresi, kurikulum dan pengajaran – dan menyatukan apa yang guru ketahui untuk menciptakan tugas-tugas yang partisipatif dan menyelesaikan permasalahan pembelajaran untuk berbagai murid yang belajar secara berbeda-beda. Guru harus menyeimbangkan keinginan-keinginan yang saling bertentangan dari para administratur, dewan sekolah, pembuat peraturan, rekan, dan murid, serta menciptakan sebuah komunitas yang koheren dimana pertumbuhan pembelajaran dan sosial dapat terjadi. Bahkan, masalah pembelajaran pengajaran dirumitkan oleh pengalaman umum tentang sekolah yang dimiliki seluruh orang dewasa, yang menciptakan pandangan-pandangan yang kuat tentang ‘apa definisi sekolah dan pengajaran yang ideal’ diantara para calon guru dan anggota komunitas.

Terdapat tiga masalah dalam pembelajaran pengajaran. Pertama, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami pengajaran dengan cara yang berbeda dari pengalaman mereka sendiri sebagai murid. Lortie (1975) menyebut masalah ini “masa belajar observasi”, mengacu pada pembelajaran yang terjadi ketika menjadi seorang murid selama 12 tahun atau lebih didalam seting kelas tradisional. Kedua, pembelajaran pengajaran menuntut bahwa guru-guru baru tidak hanya belajar “berpikir seperti seorang guru” tapi juga “bertindak seperti seorang guru” – apa yang disebut Mary Kennedy (1999) sebagai “masalah pembuatan”. Guru-guru perlu melakukan berbagai hal, banyak diantaranya perlu dilakukan secara berkelanjutan. Terakhir, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami dan merespon sifat kelas yang padat dan muti-dimensi, menggeluti berbagai tujuan sosial dan akademik yang mendirikan keseimbangan dari momen ke momen dan dari hari ke hari (Jackson, 1974). Mereka harus belajar menangani “masalah kompleksitas” ini, yang berasal dari non-rutinitas serta sifat pengajaran dan pembelajaran berkelompok yang terus-menerus berubah.

Setidaknya terdapat empat elemen kompleksitas yaitu:

1. Pengajaran tidak pernah merupakan rutinitas. “Segitiga liar” McDonald (hubungan-hubungan diantara guru, murid, dan subyek) terus-menerus berubah; guru harus mengatasi berbagai situasi, dilema, tantangan, pertanyaan, dan kebutuhan pembelajaran yang terus-menerus berubah.

2. Pengajaran memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai secara berkelanjutan. Ketika seorang guru mengajarkan muatan, dia juga mengajarkan perkembangan sosial dan intelektual, serta memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pribadi murid-murid.

3. Pengajaran dilakukan dengan berhubungan dengan berbagai kelompok murid yang berbeda-beda dalam hal latar belakang kebudayaan dan pengalaman terdahulu maupun berbagai kelebihan, area tantangan, jangkauan kemampuan, dan kebutuhan pembelajaran.

4. Pengajaran menuntut beberapa jenis pengetahuan disatukan. Misalnya, untuk memajukan pembelajaran seluruh murid, guru harus terus-menerus menyatukan pengetahuan tentang perkembangan anak; materi subyek; interaksi kelompok; latar belakang dan kebudayaan murid-murid; serta berbagai kelebihan, kepentingan, dan kebutuhan khusus murid-murid.

Terdapat dua hal lain yang membuat pengajaran yang efektif menjadi lebih kompleks. Pertama, dikarenakan misi sekolah-sekolah kontemporer adalah menyiapkan beragam murid untuk pembelajaran yang sangat ambisius, guru harus belajar membuat sebuah jenis pengajaran yang lebih kompleks daripada jenis pengajaran di masa lalu. Terakhir, pengajaran untuk misi pendidikan baru lebih kompleks di masa kini karena ‘pengajar guru’ harus menyiapkan guru-guru untuk bersekolah dan membuat guru-guru mampu menghadapi sekolah guru.

Komponen-komponen umum pendidikan guru yang kuat yaitu:

v Visi yang jelas tentang pengajaran yang baik dan menembus seluruh tugas kursus dan pengalaman klinis.

v Standar-standar yang didefinisikan dengan baik untuk praktek dan performa digunakan untuk membimbing dan mengevaluasi tugas kursus dan tugas klinis.

v Kurikulum berdasarkan pada pengetahuan tentang perkembangan anak dan remaja, pembelajaran, konteks-konteks sosial, dan pedagogi materi subyek, diajarkan dalam konteks praktek.

v Pengalaman-pengalaman klinis dikembangkan secara cermat untuk mendukung berbagai ide dan praktek yang disajikan dalam tugas-tugas kursus yang berkelanjutan dan saling berkaitan.

v Strategi-strategi yang eksplisit membantu murid-murid (1) menghadapi berbagai kepercayaan dan asumsi mereka tentang pembelajaran dan murid, serta (2) belajar tentang pengalaman-pengalaman orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.

v Hubungan-hubungan yang kuat, pengetahuan umum, dan ‘kepercayaan-kepercayaan bersama’ menghubungkan kecakapan berbasis sekolah dan kecakapan berbasis universitas.

v Metode-metode studi kasus, penelitian guru, penilaian performa, dan evaluasi portofolio menerapkan pembelajaran pada permasalahan praktek yang nyata.

Terdapat beberapa tempat untuk mendapatkan guru bersertifikat. Mereka terdiri dari 7 lembaga, berada pada 7 negara bagian berbeda, serta memiliki metode dan cara tertentu yang berkualitas tinggi untuk meningkatkan mutu guru, membuat murid belajar lebih baik dan seluruh isi programnya diakui dengan baik oleh lulusan maupun sekolah-sekolah yang menjadi partner mereka.

Mereka terdiri dari :

I. Alverno College

Alverno didirikan pada awalnya sebagai sekolah keguruan khusus wanita di Milwaukee tahun 1887 dan kemudian terbuka untuk pria juga dengan tujuan membantu keguruan di Milwaukee dan bekerjasama dengan banyak sekolah umum di Milwaukee dan membangun keguruan profesional dimanapun calon guru ditempatkan. Alverno memiliki tujuan memenuhi kebutuhan murid, pengakuan akan keragaman, peduli pada pendidikan yang berdemokrasi serta memakai media dan teknologi

II. Wheelock College

Wheelock didirikan oleh Lucy Wheelock pada tahun 1888 di Boston dan memiliki moto “tanamkan pada anak apapun yang kamu inginkan untuk hidup di zaman kita” dan meningkatkan kualitas hidup anak dan keluarga mereka. Wheelock hanya memiliki 3 program umum: mengajar, kerja sosial dan kehidupan anak (melayani anak di rumah sakit). Wheelock memiliki sejumlah prinsip:

- Belajar dari seorang anak dan memiliki pengetahuan dengan mengetahui dan mendengarkan anak, mempelajari keluarga anak dan menjadi berkualitas serta pengertian dan mudah menolong.

- Menjadi sensitif terhadap keragaman, dapat mengajar multi-etnis, mengetahui kekuatan anak. Mengajarkan berbagai mata pelajaran, memakai tema dan proyek untuk mengajar silabus, kerja keras, persiapan matang.

III. Bank Street College

Bank Street didirikan di New York dan berjarak 1,5 blok dari Broadway jalan 112, Bank Street memiliki tujuan praktek mengajar berwawasan dan demokrasi. Bank Street memiliki 4 tujuan program: pembentukan, pewatakan, cara mengajar dan pembuatan kurikulum. Program diajarkan dalam 2 tahun.

IV. University of California at Berkeley

Berkeley memiliki program kejuruan dalam 2 tahun yang terbagi 2 semester setiap tahunnya. Berkeley menggunakan Program Pembangunan Pengajaran Guru (DTE) yang memiliki program pengajaran di kelas tahun pertama dan praktek mengajar di tahun kedua. Program DTE yang diajarkan khususnya meliputi pengenalan bahasa dan budaya minoritas serta penyatuan pelajar, seringkali diakui para kepala sekolah bahwa lulusan-lulusan DTE terampil, memiliki kehangatan, cinta dan senang mengajar, seta mampu memiliki ikatan kuat untuk kepentingan pelajar, sekolah dan masyarakat.

V. University of South Maine

South Maine memiliki progam pengajaran guru ekstensi (ETEP), suatu program berdurasi 9 bulan, 3 jam kredit meliputi seluruh mata pelajaran dan nanti akan ditempatkan untuk praktek kerja di sejumlah wilayah sekolah yang bekerja sama dengan USM. Jika lulusan berhasil, dapat menerima gelar master bidang pendidikan. Dalam akhir kursus ETEP, calon guru dianggap telah efektif dan mampu memfokuskan setiap cara pengajaran, sehingga banyak kepala sekolah menilai lulusan ETEP mampu mengajar dengan wawasan luas.

VI. Trinity University

Trinity memiliki kursus berdurasi 5 tahun, biasanya mensyaratkan calon guru bergelar sarjana guru atau jurusan lainnya. Masa pendidikan di Trinity tergolong berat, dimana pada akhir tahun calon guru akan berinteraksi di jaringan PDS Trininy, suatu sekolah privat. Mereka mempelajari lab untuk murid dan orang dewasa, cara mengajar dan modelnya, kerjasama antar fakultas dan pembangunan PDS memiliki suatu pengaruh besar pada calon guru dimana pada tahun kelima biasanya calon guru mampu membuat standar profesional guru dan etika mengajar yang baik. Banyak lulusan PDS mengakui mereka menjadi senang mengajar, dapat diterima oleh banyak sekolah, disenangi murid dan menjadi siap mengajar dalam tahun pertama.

VII. University of Virginia

UV memiliki kursus berdurasi 5 tahun, biasanya mensyaratkan calon guru bergelar sarjana guru atau jurusan lainnya. Hal ini menjadikan calon guru belajar dan mengajar penuh, dimana pada tahun 1 dan 2 diajarkan bagaimana mengajar, cara menangani murid umum dan murid khusus, dan lain-lain. Tahun ketiga dan keempat diajarkan 2 cara kursus mengajar, cara membuat ulangan dan tes, pengenalan kelas dan pengenalan kebutuhan siswa, dan lain-lain. Tahun kelima biasanya diikuti studi mengajar di sekolah di daerah Virginia dan sejumlah diskusi dengan mentor UVA yang ditugaskan di sekolah tersebut. Kualitas para lulusan diakui sejumlah kepala sekolah dan salah satu lulusannya mengakui bahwa mengajar dengan tutorial dan penyelidikan membuat dia siap dan menyukai mengajar anak.

Hal ini merupakan bukti bahwa baik kursus (Alverno, Wheelock, Bank Street College, University of California at Berkeley, University of South Maine) maupun sekolah selama 5 tahun penuh (Trinity University, University of Virginia) memiliki pola pengajaran dan metode siswa yang lebih baik dari keguruan biasa. Hal ini penting karena masalah siswa nakal, multi-warna, kurikulum yang berat dan tingkat kepandaian siswa-siswa yang berbeda-beda merupakan tantangan-tantangan pendidikan di Amerika Serikat. Calon guru telah dibekali teknik dan sistem pengajaran yang luar biasa dan maju sehingga banyak lulusan yang dianggap sebagai guru terbaik dan sangat suka mengajar walaupun pada awalnya bukan dari lulusan keguruan dan memiliki metode yang lebih unggul dari seorang guru yang telah lama mengajar.

Dalam buku ini, Linda menekankan signifikansi dasar pengajaran bagi calon guru bersertifikat yang meliputi:

1. Pengajaran bukan terletak pada 5 aturan cara mengajar terbaik, melainkan diubah dalam 3 pokok pemikiran dengan 1 ikatan yang mengikat 3 pokok ini.

2. Calon guru perlu mengetahui murid dan belajar sebagai dasar keputusan mengajar.

3. Mereka memahami mata pelajaran. Ini berbeda dengan dokrin keguruan tahun 1970an sampai tahun 2006 ini yang menyatakan mata pelajaran hanya diajarkan oleh guru yang memahami mata pelajaran itu dan pengkhususan guru dan mata pelajarannya.

4. Mereka perlu menyatukan murid dan mata pelajaran pada analisis dan rancangan kurikulum. Ini berarti bahwa guru perlu membuat gambaran umum kurikulum serta mampu membuat kurikulum, merancang kurikulum dan membuat murid memahaminya.

5. Mereka harus mampu membuat kurikulum yang sesuai dengan murid dan membuat murid memahami dan mampu mengajarkannya dengan berbagai latar belakang, latar belakang sosial, landasan keluarga murid dan mampu membuat murid memahami isi pelajaran dan kurikulum.

6. Mereka harus mampu terus-menerus membentuk ulang cara mengajar dan perlu membuat alat mengajar yang berbeda untuk menarik perhatian dan pemahaman murid. Hal ini berlawanan dengan teori yang mengajarkan cara umum mengajar dan pendekatan cara mengajar yang umum.

7. Mereka memberi penekanan yang luar biasa pada penilaian dan umpan balik sebagai hal-hal yang baik untuk murid dan cara mengajar. Hal ini bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa penilaian dilakukan untuk penentuan peringkat murid. Guru yang berwawasan sekarang memahami bahwa mengajar tergantung pada seringnya umpan balik, pengajaran penilaian serta mampu membimbing.

8. Sekolah sekarang mencari guru yang sering memberikan umpan balik, yang mampu mencermati cara meneliti, memetakan, membuat dan mengevaluasi belajar dan pengajaran yang terus diubah untuk menjadi lebih efektif. Hal ini berlawanan dengan kurikulum yang sudah diatur sedemikian rupa.

9. Mereka perlu melihat mengajar sebagai kerja sama dengan lingkungan keguruan dengan cara mengajar, pemecahan masalah, dan pembentukan dengan praktek yang lebih terpercaya.

Dalam bukunya yang lain, Menyiapkan Guru Untuk Mengubah Dunia: Apa Yang Harus Dipelajari Guru Dan Apa Yang Dapat Dilakukan, Linda menyatakan ada 3 hal utama yang perlu:

1. Pengetahuan pengajar dan bagaimana mereka belajar dengan cara sosial.

2. Konsep dari tujuan dan isi kurikulum – memahami dari isi pelajaran dan pengetahuan untuk diajarkan pada seluruh sosial pendidikan.

3. Memahami isi dan cara mengajar mata pelajaran, diikuti oleh penilaian dan didukung lingkungan kelas yang bergairah.

Linda menerangkan adanya kaitan antara kurikulum, cara mengajar dan pengajaran dalam kaitan suatu irisan lingkaran:

1. Praktek dan keguruan berwawasan dikaitkan dengan pengajar dan pelajaran dalam isi sosial: pembentukan manusia, mengajar dan bahasa.

2. Praktek dan keguruan berwawasan dikaitkan dengan Isi kurikulum dan peljaran meliputi: Tujuan dan perumusan pendidikan untuk isi mata pelajaran dan caranya.

3. Praktek dan keguruan berwawasan dikaitkan dengan Mengajar : mengajar mata pelajaran, mengajar pelajar yang berbeda, penilaian dan pengelolaan kelas.

Dalam pendidikan, isi dan tujuan pendidikan seringkali menjadi masalah umum telah melalui suatu perdebatan dan diskusi panjang meliputi berbagai hal dan dikaji dari sosial, sejarah, politik, filosofi, sehingga menghasilkan debat dan tujuan pendidikan. Ketika hal ini dicangkokkan ke berbagai program khusus seperti pengajaran multiwarna atau sekolah dan masyarakat, program ini menawarkan kesempatan berganda untuk calon belajar berbagai sosial, politik , kultural dan ekonomi yang mempengaruhi pengajaran, keguruan dan sekolah. Isi kursus ini sesuai dengan pola sistem pendidikan USA dan mereka secara mengejutkan telah tersebar melalui pola tak sama pada isi pelajaran tetapi tetap mengamankan keseimbangan pendidikan. Yang utama ialah bagaimana membawa pelajaran bahasa dan lainnya ke siswa dan siswa minoritas sebaik membentuk kelas yang bagus yang mengambil manfaat dari kemampuan murid yang berbeda dan membawa mereka ke sekolah.

Pertalian amat penting dan proses mengajar karena di perlukan pengetahuan mengajar yang terus menerus. Tak seperti kritik bahwa kursus terpisah dari cara belajar dan kerja pengamatan, 7 kursus ini berlandaskan teori mengajar yang kuat, kursus dirancang saling terkait satu dengan yang lain dan seluruhnya kursus melibatkan pempraktekan di kelas dimana berbagai model praktek dibahas di kursus dan bimbingan. Para lulusan setelah lulus:

1. Memiliki pengalaman yang terkait antara teori, praktek dan lapangan.

2. Ditambatkan pada standar mengajar profesional.

3. Mampu menggambarkan model atau praktek mereka.

4. Mampu menyatukan isi kultur dengan keinginan mengajar dan membangun.

5. Menggunakan kertas laporan, presentasi dan pertunjukan untuk mengajar.

6. Menyediakan umpan balik ke calon guru tentang kemampuan dan analisa calon, serta saran untuk peningkatan dan kesempatan perbaikan.

7. Menggunakan bukti sebagai dasar penilaian.

Linda dalam buku ini mengutip sejumlah masalah pencapaian dalam mengajar: “Mengajar merupakan suatu hal yang terus dilakukan, dimana bagaimana membuat instruksi mengajar yang dipahami, memakai contoh dari kegiatan pelajar, mengatur kelas dengan cara-cara yang berbeda-beda pada murid-murid yang berbeda-beda, dan memaksimalkan kemampuan murid dengan cara yang mudah dipelajari murid.” (Garibaldi, 1992; dan lain-lain)

Penilaian memiliki sejumlah dasar:

1. Fokus pada kemampuan.

Penilaian merupakan hal yang tak harus dilakukan untuk setiap hal. Hal yang perlu penilaian meliputi cara suatu pelajaran diterima, proses kesulitan dan kekuatan murid dalam belajar. Ada sejumlah alat penilaian meliputi : wawancara, analisis dan umpan balik guru, contoh dari siswa ke guru atau orang lain ke guru, dan peninggalan yang memperlihatkan berbagai hal praktek yang lebih tepat dari rekaman pengajaran guru.

2. Penyatuan antara pengetahuan dan ilmu dalam praktek.

Pengajaran awal sering dikritik dulu pengalaman siswa yang berbeda-beda antar kursus menyebabkan adanya jurang pemahaman pada siswa jika dipakai. Untuk itu, Linda menyarankan menyatukan pengetahuan pada seluruh area pelajaran tertentu dapat melebur hal ini dimana penyatuan tugas-tugas guru yang akan diajarkan.

3. Beragam penilaian.

Penilaian dapat dikumpulkan dari murid, kepala sekolah, cuplikan videotape dan lain-lain. Penilaian harus dilakukan dengan hati-hati, dikhususkan pada cara peningkatan kemampuan siswa agar tak hanya jadi ahli penilai, tapi mampu membentuk kemampuan murid lebih baik.

4. Kesempatan berlatih.

Program studi siswa merupakan hal yang unik dan perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan sejumlah analisa cepat sebagai berikut:

a. Apakah gerak tubuh murid dipengaruhi pelajaran dan sejumlah musik yang dipelajari? Apakah musik yang menyenangkan mempengaruhi interkasi diinya dengan pelajaran dan orang lain?

b. Apakah otot halus dan gerakan motorik anak dapat mempengaruhi cara kerja fisiknya?

c. Apakah anak itu bersekolah normal dibandingkan anak sebayanya? Atau jika tidak, apakah anak berbeda dari anak yang lebih muda atau lebih tua dalam penilaian?

d. Jika anda bertanya hal ini pada anak, apakah ada pengetahuan yang menyertai analisa anda? Apakah ada analisa pertumbuhan anak yang anda pakai? Apakah berat dan tinggi badan mempengaruhi gerak badannya ?

(silabus kursus Wheelock)

Dalam metode penelitian anak Alverno, ada sejumlah studi kasus pada kelakuan anak:

a. Mengumpulkan data melalui penelitian interaksi kelas.

b. Memakai pertanyaan untuk memurnikan informasi.

c. Mengukur pengamatan dengan sejumlah dasar tingkah laku dan pertumbuhan anak (gaya belajar, latar belakang sosial, dan lain-lain)

d. Membuat keputusan tentang kebutuhan belajar anak.

e. Menyatukan pemahaman murid kedalam perencanaan.

Di Trinity, kasus studi anak diajarkan dalam bentuk kasus jurnal. Di Berkeley, menggunakan metode Sergiovanni, membentuk komunitas dengan sekolah dalam studi kasus mempelajari anak dan hal lainnya, serta kursus lainnya juga memiliki langkah studi anak yang mirip.

Dalam analisis belajar dan mengajar, penting bagi calon guru untuk menyelidiki dan ada gambaran mengajar dan produk mengajar mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan videotape dan lain-lain. Di UVA (Virginia), calon guru dapat menganalisis sejumlah video cara mengajar dari mentor dan atau temannya merekam setiap metode pengajaran yang telah dipelajari kedalam videotape. Atau dapat juga mereka sendiri direkam dengan videotape sewaktu mengajar di sekolah dasar atau menengah untuk dilihat proses mengajarnya oleh supervisor dari UVA.

Hal khusus dilihat oleh Linda di Alverno, dimana Alverno terkenal secara internasional tentang metode penilaian mereka. Tugas penilaian seringkali dipertentangkan dengan standar penilaian untuk melihat hasil pengajaran. Tugas ini yang didasarkan pada 8 kemampuan pendidikan dasar (diharapkan dari seluruh calon di Alverno) maupun 5 kemampuan khusus (tergantung pengajaran guru) mengharuskan calon guru untuk memakai pengetahuan dan kemampuan mereka yang sebenarnya. Sejak awal, calon direkam ke dalam video, tentang kemampuan mengajar mereka awal sampai penilaian lanjut dalam grup yang dievaluasi selama perancangan pelajaran bersama, calon secara tetap dinilai dalam seluruh rangkaian 8 kemampuan dan 5 kemampuan tersebut.

Alverno memiliki definisi “penyatuan kompleks dari pengetahuan, kelakuan, kemampuan, tingkah laku dan pandangan diri” dimana 8 kemampuan dasar yaitu komunikasi, analisis, pemecahan masalah, menghargai hasil keputusan, interaksi sosial, pemikiran umum, pemasyarakatan yang efektif, dan respon yang menyenangkan. Guru yang didambakan dalam kemampuan guru profesional meliputi:

1. Pengkonsepan – kemampuan menyatukan isi pengetahuan dan memahami pendidikan untuk merancang dan melakukan instruksi.

2. Penelitian

3. Penyatuan yang terpadu – kemampuan sebagai pembuat keputusan profesional.

Masalah umum guru-guru setelah lulus dari akademi yaitu perbedaan antara ilmu dan masalah yang sebenarnya di sekolah; adanya dosen yang tak pernah mengajar dan hanya mengambil teori fisikologi untuk mengajar; adanya perbedaan yang dalam antara ilmu dan pengetahuan di sekolah karena di sekolah guru mengajar berdasarkan pengalaman, mata pelajaran atau kesukaan, sehingga timbul kesulitan antara guru baru dengan ilmu yang hendak diajarkan di sekolah. Hal ini tak berlaku terhadap 7 kursus program kita di atas. Yang pertama, mereka melibatkan guru dalam kerja praktek melalui seluruh program. Kadang-kadang seperti yang ditawarkan USM, Bank Street, dan Wheelock, atau tahun kelima di Trinity dan UVA, ini dijadwalkan seperti setahun akademik pengajaran murid atau magang di kelas dengan 1 atau lebih guru yang ikut. Dalam kasus lain, calon dirotasi kebeberapa penempatan, menghabiskan 9 sampai 15 minggu setiap waktu.

Dalam pembentukan guru melalui pengalaman pemagangan seperti di Bank Street adanya Sekolah untuk anak, kadang-kadang tanpa bimbingan dari mentor Bank Street dan guru perlu menyiapkan bahan sendiri. Di Alverno, mereka bekerjasama dengan Sekolah Umum Milwaukee dan memuat penilaian kemampuan dan analisa terhadap kurikulum, memperagakan teknologi ke 2 sekolah menengah, atau pembentukan program 2 bahasa pada 3 sekolah menengah yang bekerjasama. Di alverno ada catatan pertama pemagangan dan calon guru diuji dan ditanya tentang:

1. Perbedaan bentuk badan dan latar belakang dikenali di sekolah.

2. Bagaimana kebutuhan murid dengan perkecualian diterima di sekolah.

3. Peta letak kelas dan bagaimana murid mengisi kelas.

4. Tugas harian para guru dan bagaimana guru dan murid memakai waktu belajar.

5. Bagaimana kebutuhan belajar murid terpenuhi di kelas.

6. Bagaimana raport dan keinginan dibentuk di kelas (dikaitkan dengan membaca di kelas).

7. Bagaimana guru memakai komunikasi dengan perkataan dan perbuatan serta apa hasilnya.

8. Bagaimana kelas dikelola dengan kebaikan untuk menyiapkan hasil pengajaran yang efektif dan mengelolaan dan mengatur tugas dan daerah fisik badan.

Di Bank Street, banyak lulusannya yang mengajar di sekolah umum kembali ke Bank Street setelah bekerja dan menjadi guru bantu maupun mentor bagi calon guru. Hal ini merupakan bukti bahwa di New York, Bank Street terus berupaya menjadi lebih baik dan diterima metode pengajarannya di New York. Beberapa diantaranya ada yang menjadi guru bantu Matematika (Marilyn Burn) atau Diane Snowball (ahli orang-orang Australia). Pengajaran dengan kerjasama dengan sekolah umum diajarkan tentang apa saja yang mendukung, mempengaruhi atau pendukung di kelas. Bekerjasama dengan guru bantu maupun sekolah adalah hal dinamis. Di sekolah, pihak sekolah amat membantu calon guru dan guru bantu dalam pendidikan di sekolah. Hal ini ditambah kemampuan Bank Street dalam mencocokkan calon guru dengan sekolah magangnya. Dengan pemilihan calon dan sekolah yang tepat dan benar berdasarkan pengalaman, Bank Street menjadi tempat kursus yang mumpuni. Di Trinity, negara bagian San Antonio bekerjasama dengan Trinity membuat Sekolah Pintar, dimana mereka mengajak Trinity membentuk kerjasama untuk mendukung pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan anak dan keluarga. Hal ini didukung agen pendidikan, yang dibiayai oleh pengusaha setempat, penyedia servis sosial amal dan 18 distrik sekolah. Hal ini membuat calon guru dari Trinity dapat membentuk program pengajaran di bantu supervisor didalam maupun di luar kelas untuk berbagai mata pelajaran.

Dalam pelajarannya, calon guru dibantu dengan berbagai cara oleh supervisor maupun pengelola masyarakat. Hal contohnya terjadi di jaringan PDS Trinity, dimana banyak hal terjadi termasuk masukan intreaktif antara guru dengan calon guru dari Trinity. Hal ini tampak dari salah satu pengakuan calon:

”Universitas memperlakukan kami seperti profesional. Mereka perlu tahu yang kami butuhkan untuk kampus kami. Ini pertama kalinya mereka bertanya apa pendapat kami. Mereka menantang kami, mendukung kami, dan membuat kami berbeda. Kami dapat berbeda dan dapat merubah lingkaran. Kami penting untuk dipercayai dan didukung dan seseorang suka pada kami. Mereka ingin tahu apakah kami tahu apa yang terpenting menjadi master pendidikan. Mereka meminta guru Hawthorne untuk calon guru dipastikan berhasil dari awal dan menjadi guru yang berhasil.”

Salah satu keuntungan lulus dari Trinity , ialah menjadi mentor Trinity jika telah lulus. Mentor membuat tindakan nyata dan bekerjasama dengan fakultas universitas untuk meningkatkan praktikum dan pengalaman kerja internal. Dengan memperkuat setiap bagian ( mentor, calon guru dll) maka evaluasi berkelanjutan dan membuat ulang program belajar adala kunci program sukses. Keuntungan di sekolah menengah adalah dapat memiliki akses ke penyumbang akademis dan bisnis seperti juga orang internal dan tim universitas.

Di USM terdapat program model kerjasama dimana USM bekerja sama dengan jaringan sekolah John Goodlad dan beberapa jaringan lain untuk program calon guru. Dalam kerjasama ini, sering terjadi pertukaran ide belajar mengajar antara calon USM, mentor John Goodlad dan guru sekolah publik. Masing-masing diberi kesempatan mengajar dengan 3 kelompok ini di kelas memperagakan ilmu dan cara mengajar mereka. Hal ini bukan suatu latihan teori bersama, melainkan inilah cara praktek melalui penelitian dimana metode calon USM dapat dinilai oleh mentor John Goodlad maupun guru sekolah dan sebaliknya. Hal ini menandaskan adanya umpan balik, peningkatan semangat mengajar masing-masing, pencerahan pola pemikiran masing- masing, hal ini juga meningkatkan hasil penelitian dan pengajaran baik calon guru USM dengan ETEP, John Goodlad maupun sekolah.

Inilah bukti eratnya kerjasama belajar mengajar antar 3 lembaga pendidikan.

Dalam pelajarannya, calon guru dibantu dengan berbagai cara oleh supervisor maupun pengelola masyarakat. Hal ini dilukiskan dengan adanya suatu tumpukan hasil kerja murid dan hasil evaluasi dari calon guru yang baru dibuat dalam pelajaran bahasa. Ada beberapa hal yang dikaji :

1. Bagaimana permulaan dan dimana awal mengajar?

2. Apakah cara penulisanku menarik?

3. Apakah aku memakai contoh dan detail untuk membuat gambaran dalam pikiran pembaca?

4. Apakah ceritaku masuk akal?

Bagan yang berisi standar pengajaran bertanya:

1. Apakah aku memakai pengkoreksi ejaan?

2. Apakah aku memakai huruf kecil dan besar di tempat semestinya?

Bagan yang berisi menjadi penulis di masyarakat bertanya:

1. Apakah aku mau berbagi tulisanku?

2. Apakah aku perlu bertanya ke orang lain untuk mendapat masukan?

3. Apakah aku mau memperbaiki tulisanku?

Dari contoh pengkajian di atas, kerjasama Bank Street telah membuat guru mampu membuat kurikulum yang menghubungkan guru dengan calon guru. Dalam beberapa program diatas, ada sejumlah hal yang muncul untuk meningkatkan calon yang mampu:

1. Membuat “pemagangan dengan penelitian” yang modelnya bagaimana mata pelajaran diajarkan dengan cara yang dipahami dan menyenangkan bagi murid;

2. Mempelajari pola berpikir siswa dan pelajaran untuk menolong guru meraih pengertian murid tentang isi pelajaran mereka.

3. Menolong guru membuat kurikulum yang memungkinkan dalam mengajar dan mampu merencanakan kurikulum untuk mengikuti permintaan sekolah dan belajar murid.

Ada dua macam pemagangan dengan penelitian metodenya yaitu upaya terus menerus penelitian dan pembentukan strategi mengajar dan hal lainnya yang akhirnya calon guru dapat membuat sendiri kurikulumnya sesuai dirinya atau mengajar seperti guru dimana ada proses murid dilatih berpikir memecahkan persoalan pelajaran seperti gurunya dengan dibimbing gurunya. Hal ini penting khusus untuk pelajaran matematika, bahasa dan pelajaran kritis lainnya seperti Jon Garafalo mengajar anak 10 tahun matematika. Dia memakai 3 metode jalan anak mempelajari matematik, 3 metode pemecahan masalah soal matematik dan pendiskusian dengan murid-muridnya tentang 6 metode tadi. Menurut Garafalo, anak-anak yang takut atau sukar belajar matematika menjadi paham dan mereka senang diajar oleh dia. Para mentor telah menempatkan garafalo dengan strategi pengajaran sebelumnya dan puas adanya saling perkaitan kebutuhan siswa yang terpenuhi dengan garafalo yang mampu mengajar dengan menyenangkan.

Di Trinity, calon guru mengambil 2 kursus pada pembentukan kurikulum diantara tahun keempat dan kelima mereka. Untuk mengambil kursus ini perlu ketenangan, agar calon dapat membuat rancangan pelajaran setelah dilakukan pemagangan di sekolah. Di kurikulum kursus, rancangan pelajaran menjadi debat penting di USA. Mereka perlu mempelajari penelitian model sekarang, pemikiran beragam, isu cara penilaian berbasis kemampuan, dan mereka merancang cara mengajar dengan berbagai cara.Proyek penelitian, terkumpulkan melalui presentasi bicara, dibutuhkan untuk setiap murid, adalah pembentukan unit kurikulum lintas pelajaran.

Di UVA, program kursus 5 tahun membuat UVA mampu membentuk pemikirian kurikulum yang menjembatani pemikiran pelajar dan mata pelajaran. Hubungan antara pendidikan tingkat sarjana (BAT) dengan master B. Inggris (MAT) melukiskan bagaimana kaitan ini bekerja. Guru kedua untuk guru B.Inggris wajib mengambil 32 kredit pada kursus B.Inggris tingkat atas, meliputi:

a. 8 kredit sejarah Bahasa Inggris.

b. 6 kredit karya sastra tertulis sebelum tahun 1800.

c. 1 kursus setiap Shakespeare, sastra Amerika (sebelum tahun 1900), sastra abad ke-20, novel, puisi, dan sejarah bahasa Inggris.

d. 3 kursus ditawarkan di pendidikan sekolah: ilmu pelatihan bahasa inggris, elemen pengajaran, dan sastra untuk dewasa.

Kerjasama antara fakultas Bahasa Inggris dan program keguruan Bahasa inggris Trinity dengan sekolah Curry berjalan dengan baik dimana murid diajar bersama. Fakultas Bahasa inggrs juga bekerjasama dengan fakultas seni dan budaya sehingga sekolah Curry berterimakasih karena sekolah melihat peningkatan ilmu pendidikan di antara murid mereka.

Di pelajaran mengajar Bahasa Inggris Margo Figgins, ditawarkan pada musim panas tahun keempat, calon guru dapat mendiskusikan cara mengajar beragam, berbagai pendekatan mengajar bahasa Inggris termasuk membuat rancangan kurikulum dan “ilmu pendidikan bertahan”. Isi kursus yaitu:

1. Untuk memikirkan pengalaman mengajar/di sekolah (sebagai isi pelajaran) membuktikan keyakinan mendidikmu dan praktek di kelas.

2. Membuat kesadaran memakai metode perintah bervariasi, melebihi panduan pengajaran anda.

3. Membuat cara untuk “membaca” 1 pelajar dan dunia mereka dalam membuat kultur kelas ketika meneliti.

4. Untuk membuat rencana pembuatan tugas beranjut yang berhasil menyatukan tujuan pelajaran, prosedur pelaksanaan, dan penilaian dan membuktikan cara umpan balik untuk tujuan rencana pelaksanaan penilaian . Menurut Margo pentingnya pengajaran pada murid berwarna dan anak minoritas adalah kuncinya.

“Kurikulum ialah autobiografi “ yaitu usaha untuk membentuk kurikulum berhasil dalam minggu pertama. Calon guru juga harus mampu mengenali bahan paling sulit diterima murid dari suatu kelompok campuran murid yang berbeda daya tangkapnya dan daya tolaknya yang biasanya amat menyulitkan program kursus dimanapun (EDIS 5460 kursus silabus).

Pada tahun 1996, sebuah sekolah di daerah Oakland kedatangan calon guru dari Berkeley. 2 calon ditugaskan untuk mengajar disana. Mereka membuat suatu peta contoh Oakland berukuran 8 X 20 kaki. Kemudian ketika sekolah dibuka lagi, calon guru membuat peta Oakland besar dengan materi dari pengusaha lokal dan pembuatan peta dengan 110 murid ikut berpartisipasi. Hasilnya adalah peta besar daerah Oakland dengan gambar peta penuh warna, menggambarkan mulai dari laut hingga bukit, digambar dengan latar belakang cerah serta daerah truk masyarakat dan tentu saja gambar sekolah. Setelah sekolah sampai sore, masyarakat yang berkumpul bangga dengan kemampuan anak-anak dan membahas isi lingkungan mereka dan diletakkan di peta besar.

Contoh ini menggambarkan betapa hasil pendidikan dapat dinikmati masyarakat dari sekolah. Beberapa metode pengajaran khusus untuk ini:

1. Berhati-hati memilih penempatan di daerah sekolah kota dan daerah yang berbeda kultur terkait ke usaha pembelajaran dan membaca berlanjut.

2. Melihat penuh pembangunan manusia yang meliputi alat nyata untuk mengajar tentang hidup murid dan isinya dan mengubahnya menjadi pengetahuan mengajar.

3. Penyatuan pemikiran masalah multikultur dan cara di kelas melalui program, bukan mengisolasinya di kursus tunggal.

4. Bersedia untuk menggeluti isu ras dan kelas.

Program yang diusahakan dengan banyak variasi mengajar dan mendidik, lebih baik daripada tanpa program yang dapat membuat pendidikan menjadi retorik (cara lama). Hal ini, kata Linda, sesuai dengan teori James Bank “Ilmu Pendidikan Setara”.

Pembentukan pengajaran sesuai wilayah merupakan hal penting untuk pendidikan yang tepat. Jika tak tepat, murid dan guru akan tak nyambung, karena adanya perbedaan kulit, sosial dan pendidikan akan kaku karena murid tak memahami apa yang diajarkan ke mereka. Hal ini terkait dengan usaha pendidikan bagaimana mengajar bahasa Inggris dari kulit putih terus menyebar ke ras lainnya. Di Berkeley, calon guru diajar berbagai situasi pendidikan dan cara pemcahannya. Hal ini meliputi daerah melrose, cara mengajar kepada setiap anak, dan memperhatikan peraturan sekolah dengan masyarakat dan pola guru dalam sekolah. Calon wajib memperhatikan masalah ras, kelas, serta bahasa pertama dan kedua di kelas, sekolah , masyarakat dan sistem “pendidikan” yang ada melalui program bahasa dan pembahasaan serta program bahasa dan minoritas.

Linda mengambil contoh dari calon guru Angela Johnson dari Wheelock yang mengajar di sekolah menengah kota. Di kelasnya, kelas itu diubah Angela mirip kelas TK dengan berbagai pembatas kertas berwarna, instruksi, metode mengajar “anak punya harapan besar dan kita juga” serta berbagai peralatan mengajar bahasa inggris. Dengan membuat kalimat khusus berbeda setiap anak, dia mengajar bahasa inggris; menatap tiap mata anak dan merumuskan cara menghafal bilangan dan memberi hadiah untuk setiap pencapaian bagus anak. Dia pernah menghadiahkan buku ke Teddy karena Teddy mampu menangkap permainan bahasa Angela. Angela juga suka berkunjung ke rumah orang tua murid, salah satunya ke Molly. Ketika Molly membawa balok kayu dari ayahnya, seorang tukang kayu, dia agak malu tapi kemudian bangga akan balok kayu bapaknya. Angela menerangkan matematika dari balok kayu Molly dan bangga murid paham bahwa matematika dipakai dalam keseharian kehidupan. Angela melukiskan kebanggaan terhadap pola persiapan Wheelock yang membentuk dia menjadi: pembelajar terpusat, terfokus ke keluarga dan berdasarkan masyarakat.

Pembelajaran pendidikan khususnya bahasa Inggris perlu memperhatikan banyak hal terutama tekniknya. Di alverno, calon guru biasanya bertanya dulu pada murid apa kebutuhannya lalu membuat kurikulum berdasar muridnya bukan sebaliknya. Di UVA dimana Margo Figgins menjadi mentor, dia menekankan pentingnya proses pengajaran pada anak multi ras dan multi kultur. Dia mengkritik paradigma lama dimana guru diharuskan mengajar sesuai ras dominan. Mereka diajar bagaimana memahami murid ras lain agar mereka dapat mengajar dipahami dan dihormati oleh seluruh murid. Dengan pementorannya pada calon guru, margo biasanya menanyakan dan mengajak diskusi betapa pentingnya mengenali murid berbeda, mengkaitkan latar sosial mereka agar dapat membuat suatu metode yang dapat diterima seluruh murid dan bukannya menjauhkan murid, mendiamkan murid yang berbeda agar tak memahami.

Usaha untuk pendidikan adalah bagaimana mengkaitkan pendidikan dengan sosial murid. Hal ini terkait dengan adanya masalah AIDS, perceraian, kekerasan, kemiskinan, narkotik dan kelaparan yang didiskusikan dalam kursus melalui penugasan, membaca dan diskusi. Di Bank street, dalam pelajaran Anak dan Guru dalam tema Masalah Perbedaan dan multi kultur, mereka membahas dalam konferensi guru dan keluarga, tentang masalah anak dan laporan kemajuan anak serta berbagai keadaan anak (kelaparan, tuna wisma, masalah orang tua, penyiksaan, kekerasan) dan efeknya kepada anak dan keluarga. Masalah perbedaan ini diakui oleh calon baru 1 tahun yang menyatakan dia tinggal di daerah yang mayoritas orang dominika. Salah satu agenda kursus adalah calon diminta membuat setahun rencana melibatkan keluarga dalam pendidikan: awal perkenalan, kunjungan ke rumah, pertemuan kurikulum, konferensi antar keluarga, laporan pribadi, rencana komunikasi umum dengan keluarga dan pelibatan keluarga ke kelas. Hasil dari kursus ini memampukan guru mendukung muridnya dengan memahami kemampuan dan latar belakang mereka dan membentuk sumber daya di keluarga dan masyarakat.

Harriet Cuffaro, menjelaskan tujuan landasan kursus, menyatakan bahwa pembangunan perhatian anak di USA, usaha peningkatan pembelajaran dan kemampuan dalam pengajaran bukan hanya dengan diskusi biasa; tetapi dengan penambahan dasar biografi dan pengalaman sekolah calon guru sendiri serta berkunjung ke sekolah sebagai dasar keputusan mengajar dan praktek sebaik presentasi pribadi mereka.

Kursus menekankan pentingnya mempelajari latar belakang murid dalam hal ras, kelas, jenis kelamin, lokasi daerah, aturan keluarga, dan pemahaman sebagai anggota korps guru. Ada 4 pertanyaan tentang masalah ini dari George Counts:

1. Siapa yang mengatur arah pendidikan?

2. Siapa yang merumuskan masalah pendidikan?

3. Siapa yang bertanggung jawab atas “solusi” dari masalah?

4. Prinsip apa yang menuntun tindakan?

Setiap lembaga dalam buku ini berjuang untuk mendidik calonnya berbagai hal untuk berjuang pembentukan diri dalam mebentuk mental, sifat dan cara mengajar yang kuat. Hal ini dilakukan USM, dimana perombakan sistem ETEP membuat mereka lebih memfokuskan pada pembelajaran 4,5 tahun menjadi setahun penuh pendidikan guru. Ada sejumlah poin yang akan dibahas:

1. Pertalian, antara pandangan jelas tentang pengajaran yang berdasarkan pengajar untuk dipahami, menyatukan seluruh hasil kursus dan penelitian.

2. Inti kurikulum kuat, diajarkan praktek dan isinya, berdasarkan pada pengetahuan anak dan remaja, diajarkan ilmu pendidikan berbasis penilaian, mata pelajaran, dasar sosial dan kurikulum.

3. Pengalaman penelitian yang luas dan menyatu, dipilih secara cermat untuk mendukung ide dan praktek yang diperagakan di kursus yang saling berhubungan dan erat.

4. Kerjasama sekolah dan universitas yang membangun keyakinan dan pengetahuan bersama, dalam mengajar remaja dan murid yang berbeda-beda.

5. Penilaian berdasarkan pada guru profesional, melalui demonstrasi kemampuan khusus dan mengajar berdasar laporan yang membentuk “pengajar yang adaptif”

Kegunaan perubahan lembaga diperlukan untuk model baru pendidikan guru, dimana Michael Fulhan (1993) menunjuk 5 alasan kegagalan perubahan:

1. Keputusan atas kesamaran konsep proses dan cara perubahan. “Mempunyai idiologi berbeda dengan konsep dan ide yang harus dan akan dilakukan,” catat Fulhan.

2. Pelaksanaan ditujukan pada individu, bukan pada lembaga.

3. Mereka tak berpendirian, hanya memberikan sedikit perhatian atas kerjasama antara sekolah dan universitas.

4. Mereka mengabaikan kebutuhan akan pengetahuan dan ilmu jika guru mengajar di murid yang tidak merata dan tidak mampu membuat guru mampu mengajar.

5. Untuk memperluas perubahan pada guru, usaha diusahakan pada sistem sekolah, bukan universitas.

Penelitian menunjukkan bahwa ide pelembagaan yang tetap, penyegaran tujuan pembangunan keguruan, dan perubahan pendidikan melibatkan masyarakat adalah hal-hal terpenting. Linda melihat 7 lembaga ini sukses membentuk dan berhasil. Untuk itu dibutuhkan:

1. Membuat kultur yang menghargai pendidikan guru sebagai inti usaha penting, bukan dipinggirkan.

2. Membangun masyarakat untuk menyiapkan guru, termasuk kerjasama erat antara universitas dengan sekolah.

3. Merancang tunjangan universitas yang mendukung persiapan mutu yang tinggi.

4. Memodali sumber daya yang balik modal untuk tujuan jangka panjang.

Dalam pembentukan lembaga yang kuat, USM dan Trinity pendidikan guru berbasis pendidikan telah diganti anggota penelitian, dimana para mentor yang terdiri dari master dan doktor pendidikan, dimana setengah waktu dihabiska di pekerjan universitas: mengajar, meneliti dan meneliti ; setengah waktu mereka dihabiskan untuk sekolah yang menjadi partner pendidikan.

Di Trinity, konsep ulang pengkursusan dilakukan dengan membandingkan 4 dari 2 fakultas. Fakultas Pendidikan dengan anugrah Presiden universitas, merumuskan ullang calon guru dari Programa PDS dan memberikan gaji dan penghasilan lainnya. Fakultas mendeklarasikan bahwa progrma sekolah diharapkan meningkatkan pendidikan publik dan membuat kerjasama pendidikan menjadi bagian utama kualitas tinggi lulusan Trinity.

Di USM juga sama, dimana staf universitas dapat melakukan penelitian dan pengembangan sendiri tanpa takut kehilangan gaji dan tunjangan. Hal ini dilakukan dengan izin koordinator universitas dimana staf dapat mengembangkan pengajaran guru berpola pikiran untuk berpikiran maju, meningkatkan pendidikan keguruan. Di Bank Street telah dibuat pedoman, dimana pemilihan cermat penyelia sebagai mentor calon guru menjadi hal penting, mengajar calon guru yang praktek, berkunjung untuk tahu pribadinya dan menyarankan.

Di UVA, teknologi dipakai untuk menunjang kegiatan kursus. Contohnya komputer dipakai untuk membuat kelas komputer untuk calon, memperkenalkan komputer ke calon untuk pendidikan komputer bagi murid, dan adanya modal strategi untuk menambah ide dan gagasan dalam pengajaran. UVA juga sudah menetapkan teknologi komputer dipelajari berbagai lini dan berhasil, dimana 20% dipakai untuk penelitian dan 20% membuat ilmu pendidikan keguruan. UVA juga masuk jaringan publik Virginia, dimana dapat diadakan konferensi elektronik antara staf UVA, calon guru dan supervisornya.

Pada program perekrutan guru bersertifikat, diperlukan permodalan pada calon guru untuk menilai apakah mereka pantas mengajar, komitmen untuk kerja penelitian dan berkemampuan tinggi di kelas. Hampir setengah diidentifikasi guru sekolah kota sedangkan setengahnya adalah guru baru dalam suvey Linda. Dalam perekrutan calon tak hanya dinilai dengan faktor akademik, tapi juga diminta membuat esay tentang berbagai aspek mengajar, belajar, anak dan ynag penting jati diri mereka. Di berkeley dan USM diutamakan dinilai dari latar belakang autobiografi dan pendapat mereka tentang pendidikan. Di USM setelah pendaftar dinilai dan menyerahkan hasilnya, mereka juga harus membuat esay tetang belajar dan mengajar. Mereka yang masih sekolah wajib ikut program perkenalan diri dan diperkenalkan di sekolah dan fakultas universitas sebelum akhirnya diterima.

Hal yang lebih menantang dilakukan Alverno. Karena lembaga ini berani menerima seorang yang berpengaruh di lingkungan meskipun nilainya kecil. Alverno berani karena setiap calon guru baik dari ras apapun dan latar belakang berbeda dari San Antonio tahu reputasi mereka dan mereka siap mengajar dan menerima berbagai model pengajaran; mereka siap membuktikan pendidikan Alverno di daerah mereka. Setiap calon diperhatikan apa kontribusinya bagi masyarakat, kemudian wajib melakukan esay dan penilaian diri yang akan dianalisis fakultas. Dalam 2 semester awal, calon wajib lulus 4 syarat mengajar profesional. 4 syarat ini penuh dengan pertanyaan tentang apa dan bagaimana pendidikan, dan kemudian jika lulus, hasilnya direkam kedalam videotape dan calon membawa videonya untuk penyelesaian esay penilaian pribadi. Mereka diharuskan membuat tujuan 2 semester berikutnya setelah pulang dari tim penguji. Tahun kedua termasuk 2 wilayah pengalaman kerja, calon wajib menguasai kemampuan tingkat 4. Proses mengajar mereka direkam kedalam videotape dan harus memenuhi 5 tambahan kemampuan mengajar, lalu mereka harus melalui mengajar di sekolah dan guru sekolah sebagai 400 pengajar yang mengajar penilaian mengajar. Hal ini membuat alverno yakin calon mampu cara mengajar dan memahami pendidikan yang terbaik.

Penilaian mutu guru tak hanya dari lembaga dan kursus tapi juga dipengaruhi agen dan lembaga pemerintah lainnya. Dalam beberapa tahun ini, standar baru ditetapkan lembaga Kejuruan dan Masa depan Amerika (NCTAF). Ada beberapa syarat penilaian umum program keguruan yaitu (1) program penyiapan untuk akreditasi; (2) lisensi negara bagian, praktek mengajar umum; dan (3) adanya sertifikasi menandakan kemampuan tingkat tinggi keguruan. Hal penilaian dan ujian pengetahuan adalah hal kompleks dan berat karena itu sebaiknya diserahkan pada kalangan guru sendiri menurut Linda dan sejumlah penulis lainnya.

Dalam waktu dekat, Dewan Konsorsium Pendukung dan Penilai Guru Federal (INTASC) yang didukung 30 negara bagian akan membuat lisensi keguruan yang meliputi inti pengetahuan, kemampuan dan hasil dari penelitian pendidikan sebagai syarat guru sertifikat. Pengaruh profesional standar dipengaruhi di tempat dimana ia diterapkan. Di Wisconsin, standar INTASC dan lulusan Alverno yang unggul membuat pemerintah Wisconsin merubah sistem lisensi guru mereka menjadi stadandar guru meliputi pengetahuan, ilmu dan penempatan lulusan dan membentuk penilaian atas apa yang mereka capai. Hal sama terjadi di california , dimana standar INTASC telah tergabung dalam program pendidikan berkeley ; juga standar california CLAD yang lebih mengatur guru wajib mampu mengajar di wilayah berbeda dan multiwarna dan mengajar keragaman bagi setiap program kursus. Adapun sejumlah kepribadian guru yang coba diterapkan dalam ETEP yaitu:

1. Memahami teori mengajar, mata pelajaran, pembuatan kurikulum, untuk menyatukannya menjadi jembatan antara tujuan kurikulum dan pengalaman murid.

2. Sebagai individu maupun kops guru, memilih dan membuat pengalaman mengajar yang tepat untuk kurikulum dan dipahami murid serta dengan instruksi yang tepat.

3. Dalam berperilaku, menyiapkan rencana jangka pendek dan panjang, percaya bahwa rencana dapat dirubah dan dirombak untuk kebutuhan pelajar serta keadaan yang berubah-ubah. (lulusan ETEP, tak bertanggal)

Tantangan keguruan di Amerika banyak, salah satunya adalah alokasi pemerintah yang salah terhadap keguruan. Peningkatan uang negara bagian seperti $ 300 juta di Connecticut penting untuk upaya peningkatan gaji calon guru ke daerah yang miskin dan bermasalah sosial. Negara federal juga berupaya meningkatkan jumlah guru untuk lembaga kedokteran. Dokter yang lulus diharapkan melayani daerah tertinggal, mengisi kekosongan di daerah, meningkatkan kualitas kursus dan meningkatkan keragaman di bidang kedokteran. Untuk mengurangi berbagai hal buruk itu, Linda mengkaji berbagai program persekolahan yang hendak mengisi kekosongan, memodali pengawasan guru baru untuk mereka tetap mengajar dan peningkatan keseimbangan gaji dan tunjangan guru di seluruh kota dan distrik. Masalah buruk keguruan adalah timpangnya kebutuhan dan kualitas guru dalam bidang pelajaran. Adanya surplus guru dibidang bahasa Inggris, sekolah menengah dan studi sosial, adanya bidang kosong di area penting sperti matematik, fisika pendidikan khusus, pendidikan 2 bahasa. Penghabisan dana negara oleh posisi mengajar oleh guru tak berkualitas sangat tinggi sekitar $800 juta setahun – sama dengan dana perang sebulan Amerika di Irak. Hal ini diperparah oleh seringnya guru keluar sesudah mengajar 5 bulan di daerah miskin dan pedesaan. Di Texas saja, $300 juta sampai $2 Milyar per tahun habis dana hanya karena guru keluar masuk sekolah. Hal ini kata Linda karena kurangnya kursus untuk menyiapkan guru bermutu tinggi dan rajin mengajar, daripada uang habis hanya untuk membuat banyak orang menjadi guru dengan dilatih, diajari mendidik tetapi malah ditinggalkan ketika mereka belum siap benar. Faktor yang kritis yaitu guru yang diajari fisikologi anak dan teori mengajar akan suka mengajar, juga mereka yang dilatih ilmu keguruan akan suka mengajar. Menurut Linda masalah utama bukan hanya gaji, tetapi guru yang terlatih dan siap mengajar akan terus mengajar. Pentingnya penelitian bagi guru di sekolah dan masyarakat akan membuat kepercayaan, komitmen dan peningkatan kebersamaan. Banyak sekolah dan universitas butuh kerjasama dengan kursus seperti model PDS, sedangkan yang lain butuh sekolah dirancang untuk pelajaran anak dan remaja melalui sistem pendidikan. Linda juga mencoba membandingkan sistem USA dengan beberapa negara lain. Dari Kanada dilaporkan mereka membentuk guru sesuai tingkat lulusan, menerapkan studi ilmu pendidikan mendalam dan magang intesif dengan sekolah dalam berbagai mata pelajaran; Amerika kalah dari Kanada dan berbagai negara dalam Ujian Standar PISA 2006, dimana Amerika dibawah rata-rata untuk pelajaran matematika dan sains, dan dibawah rata-rata untuk membaca bagi anak-anak berumur 15 tahun.

Finlandia merupakan negara yang paling berhasil dalam penilaian, dimana mereka unggul semua bidang, terutama membaca dan literatur ilmiah. Finlandia membaktikan guru mereka meraih master pendidikan, dimana ajarannya persiapan isi yang kuat dan persiapan ilmu pendidikan khususnya mengajar berbagai anak dan mengajar anak khusus dan membentuk pendekatan pelaporan dan umpan balik untuk mengajar. Universitas Finlandia membuat “model sekolah” diman pelajaran ekstra diberikan. Tesis master guru berasal dari lingkaran persiapan pribadi, mengajar dan evaluasi. Gaji guru di setiap sekolah hampir setara, dan terdapat tunjangan bagi guru yang mengajar di daerah yang jauh. Di Jepang dan Cina, terdapat tunjangan negara bagi guru. Di Jepang, terdapat hukum pemerintah yang mewajibkan membayar setengah pengeluaran bagi guru dalam melakukan kegiatan eksternal dan pelatihan keguruan mereka. Kegiatan itu meliputi 20 hari pertama pelatihan mengajar serta 60 hari pelatihan kegiatan profesional guru untuk mengatur kelas, cara mengajar dan lain-lain. Setiap guru baru dikurangi waktu mengajarnya, 2 kali seminggu mengajar dengan “guru senior yang ditunjuk” serta menerima hasil evaluasi mingguan dan kunjungan ke berbagai sekolah. Untuk setiap 2 guru baru, pemerintah Jepang menugaskan mereka mengajar secara penuh di sekolah. Di Jerman, setiap guru berbakat mendapat pangkat dalam 2 mata pelajaran dan mesti lulus ujian esay dan wawancara sebelum mereka mendapat 2 tahun ilmu pendidikan, termasuk seminar, yang disatukan dengan pengalaman guru mentor. Setelah 2 tahun magang, universitas dan supervisor sekolah meneliti dan menguji 25 ujian. Setelah akhir periode ini, guru biasanya dapat menyiapkan, mengajar dan menguji ujian, membuat analisis kurikulum, dan menyiapkan sejumlah pekerjaan rumah sebelum mereka siap untuk mengajar.

Pengajaran standar masa kini kepada murid-murid membutuhkan standar komitmen dan kompetensi korps guru yang tinggi. Investasi didalam perekrutan, dukungan, dan retensi guru, bersama dengan peningkatan didalam persiapan dan mentoring, serta penyetaraan sumber daya telah menghilangkan kekurangan guru dan meningkatkan kualitas guru di beberapa distrik dan negara bagian, dengan pesatnya peningkatan pencapaian murid. Misalnya, selama akhir 1980-an dan 1990-an, Connecticut dan Carolina Utara mengundangkan beberapa undang-undang yang paling ambisius tentang guru. Kedua negara bagian ini, yang banyak melayani populasi berpendapatan rendah dan populasi etnis minoritas, menggandakan gaji guru dan meningkatkan kesetaraan gaji guru dengan upaya-upaya perekrutan yang intensif serta berbagai inisiatif untuk meningkatkan pendidikan guru prajabatan, lisensi, memulai mentor, dan perkembangan profesional yang berkelanjutan. Sejak saat itu, Carolina Utara mencatatkan pencapaian murid terbesar dalam pelajaran matematika dan membaca diantara negara-negara bagian lainnya, sekarang nilainya jauh diatas rata-rata nasional untuk pelajaran matematika dan membaca kelas empat, walaupun pada tahun 1990-an posisinya hampir paling bawah dalam daftar peringkat negara-negara bagian. National Education Goals Panel (Panel Tujuan-tujuan Pendidikan Nasional) juga mengidentifikasi Carolina Utara sebagai negara bagian yang paling sukses menutup kesenjangan antara murid-murid minoritas berkulit hitam dan putih selama 1990-an (NEGP, 1999). Connecticut juga mencatatkan pencapaian yang signifikan selama 1990-an. Pada tahun 1998, Connecticut menduduki peringkat pertama nasional untuk pelajaran membaca dan matematika dalam National Assessment of Educational Progress (Penilaian Kemajuan Pendidikan Nasional), walaupun terdapat peningkatan populasi berpendapatan rendah dan keterbatasan murid-murid yang mahir berbahasa Inggris (NEGP, 1999). Selain itu, nilai pelajaran membaca murid-murid kelas delapan di Connecticut merupakan yang tertinggi secara nasional; nilai pelajaran mengarangnya juga berada di puncak, satu-satunya negara bagian yang mana nilai pelajaran mengarangnya diatas rata-rata nasional. Di tingkat internasional, nilai pelajaran sains Connecticut hanya dikalahkan Singapura (Baron, 1999).

BAB III

KESIMPULAN

Stelah membaca dan mengkaji isi buku ini, ternyata buku ini sangat baik untuk dijadikan referensi guru dalam mengembangkan pemahaman terhadap siswa dapa kontek pembelajaran, sehingga menjadi guru yang mampu memahami serta mengembangkan potensi siswa.

Terdapat tiga masalah dalam pembelajaran pengajaran. Pertama, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami pengajaran dengan cara yang berbeda dari pengalaman mereka sendiri sebagai murid. Lortie (1975) menyebut masalah ini “masa belajar observasi”, mengacu pada pembelajaran yang terjadi ketika menjadi seorang murid selama 12 tahun atau lebih didalam seting kelas tradisional. Kedua, pembelajaran pengajaran menuntut bahwa guru-guru baru tidak hanya belajar “berpikir seperti seorang guru” tapi juga “bertindak seperti seorang guru” – apa yang disebut Mary Kennedy (1999) sebagai “masalah pembuatan”. Guru-guru perlu melakukan berbagai hal, banyak diantaranya perlu dilakukan secara berkelanjutan. Terakhir, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami dan merespon sifat kelas yang padat dan muti-dimensi, menggeluti berbagai tujuan sosial dan akademik yang mendirikan keseimbangan dari momen ke momen dan dari hari ke hari (Jackson, 1974). Mereka harus belajar menangani “masalah kompleksitas” ini, yang berasal dari non-rutinitas serta sifat pengajaran dan pembelajaran berkelompok yang terus-menerus berubah.

Teori pembelajaran modern menyiratkan bahwa guru harus menjadi ahli diagnosis, pengorganisir pengetahuan, dan pelatih yang terampil untuk membantu murid menguasai informasi dan keahlian-keahlian yang rumit. Oleh karenanya, keinginan untuk sukses mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang lebih berat dengan populasi murid yang lebih bervariasi mengubah sifat pengajaran dan tantangan-tantangan persiapan guru secara radikal.

Ada dua macam pemagangan dengan penelitian metodenya yaitu upaya terus menerus penelitian dan pembentukan strategi mengajar dan hal lainnya yang akhirnya calon guru dapat membuat sendiri kurikulumnya sesuai dirinya atau mengajar seperti guru dimana ada proses murid dilatih berpikir memecahkan persoalan pelajaran seperti gurunya dengan dibimbing gurunya.

Seoga laporan buku ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi semua para pembacanya, amin.

RINGKASAN BUKU

Di dunia dimana pendidikan sangat berharga, para pembuat kebijakan dan orangtua bertanya-tanya bagaimana cara menemukan guru-guru yang luar biasa dan dapat membantu seluruh anak memperoleh berbagai keahlian dan pengetahuan yang mereka butuhkan.

Citra murid sebagai sebuah bejana kosong yang dapat diisi dengan berbagai fakta dan keahlian, lalu dibuat menjadi seorang individu yang terpelajar membimbing banyak teori pelajaran selama paruh pertama abad ke-20.

1.Murid-murid datang ke kelas dengan pengetahuan terdahulu yang harus diperhatikan agar pengajaran menjadi efektif

2.Murid-murid perlu mengorganisir dan menggunakan pengetahuan secara konseptual agar mereka dapat menerapkannya diluar kelas.

3.Murid-murid belajar secara lebih efektif jika mereka memahami bagaimana mereka belajar dan bagaimana cara mengelola pembelajaran mereka sendiri.

Teori pembelajaran modern menyiratkan bahwa guru harus menjadi ahli diagnosis, pengorganisir pengetahuan, dan pelatih yang terampil untuk membantu murid menguasai informasi dan keahlian-keahlian yang rumit.

Guru harus menjadi ahli yang adaptif” artinya mengetahui bagaimana cara mengembangkan keahlian serta menyetrukturkan ulang pengetahuan dan kompetensi untuk memenuhi tantangan-tantangan baru secara terus-menerus.

Terdapat tiga masalah dalam pembelajaran pengajaran.

Pertama, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami pengajaran dengan cara yang berbeda dari pengalaman mereka sendiri sebagai murid.

Kedua, pembelajaran pengajaran menuntut bahwa guru-guru baru tidak hanya belajar “berpikir seperti seorang guru” tapi juga “bertindak seperti seorang guru” – apa yang disebut Mary Kennedy (1999) sebagai “masalah pembuatan”.

Ketiga, pembelajaran pengajaran menuntut guru-guru baru memahami dan merespon sifat kelas yang padat dan muti-dimensi, menggeluti berbagai tujuan sosial dan akademik yang mendirikan keseimbangan dari momen ke momen dan dari hari ke hari (Jackson, 1974).

Setidaknya terdapat empat elemen kompleksitas yaitu:

5. Pengajaran tidak pernah merupakan rutinitas. “Segitiga liar” McDonald (hubungan-hubungan diantara guru, murid, dan subyek) terus-menerus berubah; guru harus mengatasi berbagai situasi, dilema, tantangan, pertanyaan, dan kebutuhan pembelajaran yang terus-menerus berubah.

6. Pengajaran memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai secara berkelanjutan. Ketika seorang guru mengajarkan muatan, dia juga mengajarkan perkembangan sosial dan intelektual, serta memperhatikan kebutuhan-kebutuhan pribadi murid-murid.

7. Pengajaran dilakukan dengan berhubungan dengan berbagai kelompok murid yang berbeda-beda dalam hal latar belakang kebudayaan dan pengalaman terdahulu maupun berbagai kelebihan, jangkauan kemampuan, dan kebutuhan pembelajaran.

8. Pengajaran menuntut beberapa jenis pengetahuan disatukan. Misalnya, untuk memajukan pembelajaran seluruh murid, guru harus terus-menerus menyatukan pengetahuan tentang perkembangan anak; materi subyek; interaksi kelompok; latar belakang dan kebudayaan murid-murid; serta berbagai kelebihan, kepentingan, dan kebutuhan khusus murid-murid.

I. Alverno College

Alverno didirikan pada awalnya sebagai sekolah keguruan khusus wanita di Milwaukee tahun 1887 dan kemudian terbuka untuk pria dan membangun keguruan profesional dimanapun calon guru ditempatkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan murid, pengakuan akan keragaman, peduli pada pendidikan yang berdemokrasi serta memakai media dan teknologi.

II. Wheelock College

Wheelock didirikan oleh Lucy Wheelock pada tahun 1888 di Boston dan memiliki moto “tanamkan pada anak apapun yang kamu inginkan untuk hidup di zaman kita” dan meningkatkan kualitas hidup anak dan keluarga mereka. Wheelock hanya memiliki 3 program umum: mengajar, kerja sosial dan kehidupan anak (melayani anak di rumah sakit). Wheelock memiliki sejumlah prinsip:

- Belajar dari seorang anak dan memiliki pengetahuan dengan mengetahui dan mendengarkan anak, mempelajari keluarga anak dan menjadi berkualitas serta pengertian dan mudah menolong.

- Menjadi sensitif terhadap keragaman, dapat mengajar multi-etnis, mengetahui kekuatan anak. Mengajarkan berbagai mata pelajaran, memakai tema dan proyek untuk mengajar silabus, kerja keras, persiapan matang.

III. Bank Street College

Bank Street didirikan di New York dan berjarak 1,5 blok dari Broadway jalan 112, Bank Street memiliki tujuan praktek mengajar berwawasan dan demokrasi. Bank Street memiliki 4 tujuan program: pembentukan, pewatakan, cara mengajar dan pembuatan kurikulum. Program diajarkan dalam 2 tahun.

IV. University of California at Berkeley

Berkeley memiliki program kejuruan dalam 2 tahun yang terbagi 2 semester setiap tahunnya. Berkeley menggunakan Program Pembangunan Pengajaran Guru (DTE) yang memiliki program pengajaran di kelas tahun pertama dan praktek mengajar di tahun kedua. Program DTE yang diajarkan khususnya meliputi pengenalan bahasa dan budaya minoritas serta penyatuan pelajar, seringkali diakui para kepala sekolah bahwa lulusan-lulusan DTE terampil, memiliki kehangatan, cinta dan senang mengajar, seta mampu memiliki ikatan kuat untuk kepentingan pelajar, sekolah dan masyarakat.

V. University of South Maine

South Maine memiliki progam pengajaran guru ekstensi (ETEP), suatu program berdurasi 9 bulan, 3 jam kredit meliputi seluruh mata pelajaran dan nanti akan ditempatkan untuk praktek kerja di sejumlah wilayah sekolah yang bekerja sama dengan USM. Jika lulusan berhasil, dapat menerima gelar master bidang pendidikan. Dalam akhir kursus ETEP, calon guru dianggap telah efektif dan mampu memfokuskan setiap cara pengajaran, sehingga banyak kepala sekolah menilai lulusan ETEP mampu mengajar dengan wawasan luas.

VI. Trinity University

Trinity memiliki kursus berdurasi 5 tahun, biasanya mensyaratkan calon guru bergelar sarjana guru atau jurusan lainnya. Masa pendidikan di Trinity tergolong berat, dimana pada akhir tahun calon guru akan berinteraksi di jaringan PDS Trininy, suatu sekolah privat. Mereka mempelajari lab untuk murid dan orang dewasa, cara mengajar dan modelnya, kerjasama antar fakultas dan pembangunan PDS memiliki suatu pengaruh besar pada calon guru dimana pada tahun kelima biasanya calon guru mampu membuat standar profesional guru dan etika mengajar yang baik. Banyak lulusan PDS mengakui mereka menjadi senang mengajar, dapat diterima oleh banyak sekolah, disenangi murid dan menjadi siap mengajar dalam tahun pertama.

VII. University of Virginia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar